Pages

Sabtu, 10 September 2011

Surat Terakhir pART 1

Namanya Damia. Damia Shaza lengkapnya. Pernah suatu ketika Aku menanyakan Arti namanya yang indah itu. jawabannya adalah Damia itu kebijaksanaan dan kebaikan, kalau Shaza itu harum atau wangi. Dia bilang orang tuanya ingin kelak Ia menjadi anak yang bijaksana sehingga namanya akan harum. Aku tak sempat menanyakan tanggal berapa Ia lahir. Namun, satu yang pasti Ia berulang tahun pada bulan Desember. Itu pun aku tahu dari Sahabatnya.

Satu yang paling aku kagumi dari nya adalah Ia berani melawan arus. Di saat anak sebayanya berlomba-lomba mengikuti berabagai macam trend yang sedang Booming, Ia malah setia dengan gamis dan jilbab yang menurutku malah membuat dia sangat cantik. Padahal Ia punya segalanya untuk menjadi Idola, Paras cantik, tinggi yang semampai, tak Lupa lesung pipi dan tahi lalat di dagu kanan yang semakin membuatnya sempurna. Begitupun keluarganya, keluarga yang terhormat dan terpandang. Namun, itu semua tak menjadikan Ia sombong, malah semua itu membuatnya Rendah hati. Februari, 2008 Tak sengaja Aku berjumpa dengannya. Sebuah perjumpaan yang pada akhirnya membuatku mencintainya.

Ketika itu sekolah sedang mengadakan Study tour ke candi Borobudur. Semua siswa di wajibkan ikut. Termasuk Aku yang ketika itu menginjak kelas dua dan Damia adalah adik kelasku. Semuanya tampak biasa ketika Aku duduk di bangku bus urutan 4 dari belakang. Karena Aku merasa jenuh duduk sendiri, maka ku pasangka earphone dan ku hidupkan pemutar musik di handphone'ku. di temani sebuah Chitato dan koran Topskor edisi terbaru Aku melewati masa-masa menunggu yang menjenuhkan ini. sampai tiba-tiba sebuah sura memanggil.
"kakak... kakak.. kakaaaaak", tiga kali suara itu memanggil
"oh... iya ada apa?", Aku yang sedikit terkaget segera mumbuka earphoneku
"Boleh Aku duduk di samping kakak? ya Boleh ya Kak.. Soalnya semua bangku udah penuh, cuma ini aja yang kosong"
"oh iya silahkan duduk saja, ga apa-apa kok" Aku coba membersihkan bangku untuknya.
"Makasih ya kak, Aku telat soalnya tadi bantu Mamah dulu bersih-bersih rumah. pembantuku lagi sakit" jelasnya.
Ku lihat dahinya berkeringat lumayan banyak karena ku tahu Ia baru saja menaiki semua bus untuk mencari bangku kosong. Luar biasa, tak ada sedikipun bekas make up yang luntur di wajahnya juga bibirnya yang merah bukan dari lipstik termahal di Mall melainkan sebuah kecantikan Alami yang Tuhan berikan. Berdebar sekali hatiku saat itu. Tanganku pun ikut bergetar juga bibirku tiba-tiba membisu di dekatnya.
"Aduh", tiba-tiba Ia meringis kesakitan. "kenapa?", tanyaku refleks.
"tanganku ke gencet sama kakak", jawabnya lugu sambil menunjukan tangannya yang terjepit.
"Duh, maaf ya dek. kakak ga sengaja. oh iya kita belum kenalan. Bagas", terangku sambil mengulurkan tangan. "Namaku Damia. Damia shaza lengkapnya",
"oh salam kenal ya"
"iya, salam kenal juga kakak. hmmmm kakak suka bola ya?", tanya'nya
"Kok kamu tahu" "ya keliatan, kakak sama kaya papah Aku, tiap pagi pasti bacanya Topskor. Aku suka sebel deh sama papah Aku, kalau ada bola pasti semalaman begadang sampai lupa sama waktu" jelasnya sambil memasang wajah cemberut.
"hehehe namanya juga cowok, Mia. Pasti suka banget sama yang namanya sepak bola. Kakak juga begitu kalo lagi ada liga champions pasti sampai pagi gak tidur hehehe" Ternyata Mia tak hanya Ramah tapi Ia juga tak canggung mengobrol dengan ku, orang yang baru Ia kenal. Kami mengobrol banyak tentang sepak bola. Mulai dari kenapa Zidane menanduk Matterazi, kenapa juga kakak harus pindah ke Madrid padahal Ia sosok idola di Ac Milan, sampai Cerita Ayahnya yang ke Spanyol hanya untuk sekedar membeli Kaos bola Madrid bernomor punggung 7 milik Raul Gonzales. sungguh sangat menikmati saat-saat besamanya. Aku tahu Iya sangat lelah pagi itu sampai tak sadar Ia tertidur di pundakku.

Aku yang tak tega sengaja membiarkan Ia terus bersandar di pundakku. Harum sekali parfumnya. Aku tahu pasti Ia memakai parfum Guess pink yg berbau sangat khas. Dalam posisi tertidurpun Ia tetap sangat cantik, pakaian dan Jilbanya tetap terpasang sangat rapih di tubuhnya. Pasti Ia sangat menjaga akhlaknya pikirku. Hampir satu hari penuh kami semua menempuh perjalan menuju Borobudur. Semua anak tampak merasa sangat kelelahan. Maka panitia pun memutuskan beristirahat adalah agenda pertama Kami sesampainya di Borobudor. Aku sendiri memilih mengisi perutku yang memang sedari tadi sudah teriak-teriak. Sementara Damia, entahlah Aku tidak tahu apa yang Ia lakukan karena Ia bergabung dengan kelompok kelas satu.

selesai istirahat, ternyata di luar di dugaan Ku, para siswa di pecah berdasarkan kelas. Jadi, sirna lah harapanku untuk kembali mengenalnya lebih dekat. Hanya pulanglah satu-satunya harapanku untuk kembali bisa mengobrol dengannya. Dan ternyata benar Tuhan mempertemukan kami kembali dalam satu bangku di saat perjalanan pulang. Saat pulang Ia bercerita banyak tentang keluarganya, makanan paforitnya, hobinya, Film yang paling Ia sukai, tokoh yang menjadi inspirasinya begitupun Aku. Pacar? tidak, Aku tidak berani menanyakan apakah Damia sudah memiliki pacar atau belum. Biarlah ku pikir. nanti lambat laun aku pun akan mengetahuinya.

Sejak kejadian itu kami berdua semakin dekat. Kami selalu berangkat ke sekolah bersama. Aku selalu menunggunya didepan gerbang rumahnya. pasti Setelah Aku panggil "Damiaaaaa''. Ia akan segera berlari sambil mencoba membereskan tali sepatunya yang belum terikat sempurna. "Ia tunnggu ka, sabar ya" dan pasti akan selalu menjawab seperti itu. Semuanya berjalan sangat sempurna. Nonton bareng, mengerjakan PR bersama, Main congklak bersama, Main trampolin bersama. Begitulah kami selayaknya seorang kekasih, ah tidak pasti Damia menganggap selayaknya Adik kakak.

Aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau Aku mencintainya, sangat mencintainya tepatnya. Dia, hanya dia yang kuharapkan membangunkan ku untuk sholat shubuh, mengingatkanku untuk jangan telat makan, dan memarahiku jika belum mengerjakan PR. Tapi, itulah Aku yang tuhan ciptakan sebagai manusia pemalu dan pengecut yang tak pernah berani mengucapkan "Aku sayang kamu Damia" di hadapannya.

Maret, 2009

"Bagas, kamu harus melanjutkan kuliah keluar negeri seperti kakakmu"

"tapi pah,...."
 "tidak ada tapi-tapian, pokoknya kamu harus kuliah keluar negeri. Titik", Bentak Ayah sambil berlalu meninggalkanku.
Aku sangat bingung bagaimana harus menceritakan ini kepada Damia. Aku takut kalau Ia akan sedih mendengar kabar ku yang harus melanjutkan Kuliah keluar negeri. Sungguh sangat berkecamuk pikiranku, antara harus jujur tentang semuanya dan tak ingin melukai perasaan yang orang yang sangat ku sayang. Akhirnya Aku memutuskan untuk menyimpan rahasia ini, dan akan memberitahukan pada Damia nanti ketika semua telah siap. Aku tak ingin Ia bersedih hanya karena aku.

"kak, kak, kak"
"Eeeeh, iya ada apa??" jawabku kaget
"Kok kakak melamun? ga biasanya kakak kaya gini. lagi ada masalah ya?" tanya damia heran.
"ngga, kok.. tuh lihat kakak masih bisa senyum", balasku sambil tersenyum
"yaudah, ayo di lanjutin maen congklaknya", Sungguh Aku tak ingin Ia mengetahui kabar buruk ini karena Aku ingin terus melihat Ia tersenyum.

September 2009
Handphone terus berbunyi dari subuh. Aku tahu itu pasti dari Damia karena Aku sengaja memberikan Ringtone khusus untuk panggilan dari Damia "Semua tentang kita". Sengaja aku tidak mengangkat telpon dan membalas SMS-nya. Karena hari ini telah tiba. hari keberangkatan ku ke Swiss untuk melakukan Registasi Kuliah sekaligus menetap di sana.

3 tahun aku melalui masa-masa idah di SMA menghasilkan Aku sebagai Lulusan terbaik. tapi, itu sebuah tak lebih berharga dari dua tahun kebersamaanku bersama Damia. Sengaja malamnya Aku tak tertidur hanya karena membuat Surat untuk Damia. Aku tak ingin berlalu begitu saja tanpa memberi apa-apa untuknya. Aku masih tak berani dan tak akan pernah berani m emberitahunya langsung karena Tak akan pernah sanggup melihatnya menangis.

Dear Damia
Shaza terima kasih untuk 2 tahun kebersamaan kita yang sangat indah ini, terima kasih juga telah memberikan senyum dan tawa di setiap hariku. Kamu spesial, malah teramat spesial untuk orang sepertiku. oh iya, Aku belum sempat mengembalikan Novel yang ku pinjam darimu karena belum selesai Aku membacanya hehehe nanti kalau sudah selesai akan Aku kembalikan kok hehehe Sungguh Aku mohon kamu bersedia memaafkan Aku. sebenarnya Aku ingin mengutarakan ini padamu, tapi aku tak akan sanggup melihat orang yang sangat ku sayang bersedih. Ayah memaksaku melanjutkan kuliah ke luar negeri dan hari ini hari keberangkatanku. ku mahon kau mengerti Mia..
sengaja ku gambarkan bunga mawar ini karena ku tahu kau sangat menyukai mawar.. BAGAS kukirimkan surat ini melalui pos karena memang Aku tak sanggup melihatnya untuk yang terakhir to be continue (mules beuteng). bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar